
liburran sekolah tahun ini... ga terlalu f`un fun y.. klo taun lalu.. liburannya di sulawesi n sekitarnya.. but skarang g kluar2 lagi,,hikz hikz.. tapi agak berkesan.. krna ada sebuah novel yang mnjadi bacaan sy stiap hari..novel ini sangat berkesan bagi saya.. karna mengisahkan cinta murni.. antara pemuda indonesia.. yang dilatar belkangi oleh adat budaya yang kukuh.. berlembaga,..sarat akan agama... Seperti karya Prof. Hamka yang lain (mode ‘sok tau’-on!), novel ini kaya akan konflik budaya, adat, dan tradisi sebuah suku. Kebetulan yang dibahas disana suku minangkabau dan makassar, yang memang mempunyai tradisi dan aturan yang sangat unik. Alkisah, seorang pemuda bernama Zainuddin, ayahnya seorang minangkabau yang diasingkan karena membunuh mamaknya yang selalu menggerogoti hartanya. Dia menikah denagn seorang wanita dari keluarga terpandang dari Mengkasar (ga tau tu, dulu nama ’makassar’ tu ’mengkasar’ yh?). Sang istri meninggal beberapa hari setelah melahirkan anak laki-lakinya : Zainuddin. Saat dia beranjak remaja, sang ayah pergi juga buat selamanya. Jadilah Zainuddin seorang yatim piatu, diasuh oleh bibi pengasuhnya dari kecil, dengan warisan yang lumayan dari ayahnya.
Kerinduan dan kepenasaranan Zainudin akan tanah lahir bapaknya, membawanya merantau ke Minangkabau. Dia datang ke Padang Panjang, menemui keluarga ayahnya. Tapi karena ibunya bukan orang sana, dia ga dianggap keluarga. Dia tinggal di rumah bibinya, dibolehkan tinggal disana juga karena dia ngasi uang belanja...
Suatu hari dia melihat seorang gadis yang cantik, lembut dan akhirnya, Zainuddin jatuh hati sama Hayati. Gayung pun bersambut, Hayati membalas cinta Zainudin. Mereka Cuma bersurat2an, tapi cukup untuk saling berbagi rasa. Saat Zainudin harus pergi ke Padang Panjang karena merasa keberadaannya makin tak diterima, Hayati melepas dengan sebuah janji untuk setia. Di sebuah kesempatan untuk berkunjung ke Padang Panjang guna menemui Khadijah, sahabatnya, Hayati janjian ketemu sama Zainudin. Di kota sono, mereka mau liat pacuan kuda (setting-nya ganti Texas-hehe:). Hayati yg biasanya berbaju kurung, oleh Khadijah didandani mode ala kota. Alhasil, Aziz, kakaknya Hayati malah jatuh hati. Zainudin dan Hayati bertemu, tapi si Zai benar2 kaget ngeliat perubahan besar pada Hayati.. Ditambah lagi ejekan Khadijah ttg penampilan Zai yg uda kuno itu. Aziz mulai TePe2 ke Hayati, tapi ga lama Hayati musti pulkam.
Beneran, Aziz datang ke kampung Hayati buat ngelamar! Padahal, beberapa hari sebelumnya, datanglah surat Zainudin yg isinya juga hendak melamar Hayati. Yupz, bisa ditebak, dengan menimbang bibit, bebet dan bobot, hasil musyawarah ninik mamak sanak sodara kaum kerabat (apa lagi yh?), lamaran Aziz-lah yg diterima. Hayati sih seneng2 aja, lha wong dia mulai kesengsem sama Aziz. Dan merekapun menikahlah (gaya bahasa saya kok jadi ky’ taon 1930-an gini?? Yah, menyesuaikan :)
Zainudin yg mendengar kabar itu langsung down, pengen lenyap dari bumi, pengen terjun ke sungai, lari terus ke hutan rimba, ato ngumpet di bawah gunung sekalian (hyperbol deh...). dia sakit. Parah. Ngigo terus nyebut nama Hayati. (Waham apa yh, mb’Sari?:). Ibu kost-nya di Padang Panjang dan anak ibu kost yg belakangan berteman dengannya pun manggilin dokter. Kata dokter, dia musti dipertemukan sama pujaan hatinya itu. Setelah dikirimi surat, Hayati dan Aziz datang nemuin Zainudin. Dia bener2 sedih pas sadar klo di jari Hayati uda ngelingker cincin kawin..
Bang Muluk, anak ibu kost yg baik hati dan bekas preman benar2 bisa jadi teman yg baik buat dia. Dia ngasi nasihat agar si Zai (manggilnya Zai aja yh, biar singkat n’ lebih gal, ky’ di OB, hehe..:)bangkit dan berkarya. Mereka pun memutuskan buat merantau ke Surabaya. Disana Zai jadi penulis. Novel2 romannya yg mengharuhan dan romantis jadi best seller, semacam Ayat2 Cinta jaman sekarang. Cuma bedanya waktu itu ga difilmkan :). Namanya terkenal ke seantero Nusantara.
Aduh,,, saya udah capek ni, kok ga selesai2 yh? Disingkat lagi aja ya, lewat skema2
Aziz pindah tugas keSurabaya+Hayati:hubungan ke2nya mulai ga harmonis
Ga sengaja ketemu Zai di perkumpulan orang Sumatra di Surabaya
Zai tetep cool dan kliatan ga pernah cinta mati sama hayati
Aziz yg emang ”nakal” dan kasar mulai keliatan aslinya : Hayati menderita
Aziz bangkrut, ga punya apa2 lagi, nyari kerja ke Banyuwangi, Hayati dititipin ke Zai. Zai tetep cool dan menjaga sikap
Aziz bunuh diri di hotel di Bayuwangi coz frustasi dan depresi
Hayati nyari tau gmn perasaan Zai ke dia, Muluk cerita bagaimana Zai berjuang melawan perasaan cintanya ke hayati dan semua novelnya adalah tentang dia. Dia diliatin lukisan wajah Hayati yg disimpen di kamar kerja Zai
Hayati pengen mastiin langsung ke Zai
Zai menyanggah cerita muluk tadi dan ngaku klo dia udah ga punya perasaan apa2 ke Hayati. Zai menyuruh hayati pulkam saja ke Sumatra
Hayati ke pelabuhan buat pulkam, sambil membawa fotonya Zai yg di-embat dari meja kerja Zai. Zai ga bisa nganter coz ada acara di Malang
Hayati di kapal gelisah, ngliatin fotonya Zai terus
Pas malemnya tidur,,, Kapal Van Der Wijk yg dinaikinya tenggelam di deket Lamongan
Besoknya Zai denger beritanya, langsung nyusul setelah sebelumnya diceritain Bang Muluk klo hayati msi cinta banget ke dia
Hayati kritis, lalu meninggal –ditungguin Zai kok-
Zai makin sedih, depresi, selalu berkunjung ke makam hayati, sering sakit, kurang produktif lagi dalam hal tilis-menulis. Tapi sebenarnya dia sedang menyelesaikan karya besar
Zai meninggal 6 bulan (klo ga salah inget) kemudian, karyanya uda selesai dan dibukukan
Zai dimakamkan di sebelah makam Hayati
THE END